>

Thursday, June 16, 2011

RASANYA INGIN MENGAKHIRI HIDUP SAJA

By: Agus bethesda | Kesaksian | 19 Maret 2011, 14:07:44
“Tuhan kalo hidupku hanya seperti ini, lebih baik aku mati saja,” begitulah jeritan David Heri Bowo (26) saat ia merasa hidupnya hampa dan sia-sia. Kehidupan malam yang bertahun-tahun ia jalani.
Aku bukan lahir dari keluarga kristiani, namun Tuhan membawa aku untuk mengenal-Nya. Berawal dari kisahku di bangku SMA, aku memiliki 4 orang sahabat yang selalu menemaniku.
Dua orang sahabatku sebenarnya adalah anak Tuhan, namun sudah lama hilang dan entah mengapa mereka ingin kembali ke gereja. Akhirnya aku ikut bersama mereka beribadah di salah satu gereja dan dua sahabatku dijamah Tuhan, hanya aku yang tidak. Merasa iri namun ragu, itulah perasaanku saat itu. Setengah tahun aku mengikut persekutuan dan ibadah tapi tetap belum percaya dan terima Tuhan Yesus. Namun, suatu hari aku mengikuti kubu doa, di situ aku berkata pada Tuhan “Tuhan, kalau memang Engkau Tuhan, aku minta Engkau menjamahku,” itulah pertama Tuhan menjamahku.
Berjalannya waktu sampailah aku kuliah di Jogja, di sanalah aku hilang dari Tuhan sekitar 3 tahun lamanya. Hidupku hancur. Kehidupan malam, hidup tanpa kasih menjadi makanan sehari-hari buatku. Aku mencoba semua hal yang bisa membuat aku senang, walaupun itu menjerumuskan aku dalam dosa dan tindakan yang tak bermoral. Hidup tanpa mentor yang membimbing dan mengingatkan di Jogja, membuat aku seperti seekor anak burung yang baru saja keluar dari sangkarnya, tak tahu arah dan tak tahu apa yang benar dan baik untukku.
Tahun 2007 aku merasa hidupku hampa, sia-sia, kosong, bahkan sampai ingin mati. Nama Tuhan mulai ada di pikiranku saat itu. Esok harinya aku mulai mencari gereja, GBI Rumah Pujian, nama gereja yang membimbing aku sampai hari ini. Di sana aku langsung menawarkan diri untuk ikut komsel. Aku merasa komunitas ini membuat aku bertumbuh secara iman sampai sekarang. Tidak munafik, godaan kehidupan lama dari teman-teman masih menggelitikku, namun kini aku lebih mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Aku lebih membangun diri kalau hal itu salah, mending aku tidak mengikutinya. Kalau dulu aku pernah jatuh dan sudah ditebus Tuhan, masa mau hilang lagi? Lebih baik aku menjaga dan menggunakan kesempatan kedua itu dengan baik.
David mengakui pengaruh gereja dan kegiatannya sangat besar bagi dirinya. Ia bercerita kalau dulu sebelum ke gereja, ia berkarakter dasar cuek bebek. Tapi ketika ia masuk gereja, yang dulunya paling sulit mengasihi orang apabila tidak ada kepentingan, namun lewat gereja dan penggembalaan, ia belajar bagaimana cara mengasihi yang benar. “Di gereja pasti selalu ada pembentukan dan proses yang harus aku jalani, yaitu untuk mengasihi orang lain. Selain itu aku juga banyak diajar tentang mengelola keuangan, ketaatan, kesetiaan akan perkara kecil,” ujarnya.
David merasakan banyak dididik tentang karakter. Karena gesekan di gereja ia yakin akan menjadi pribadi yang berkarakter baik dan bermoral. “Gereja tempat aku menemukan kakak rohani yang membimbing dari awal. Karena sangat penting ada satu figur mentor kakak rohani yang mengasihi dan bisa membimbing, kalau salah ada yang mengoreksi sehingga kita bisa lebih baik,” akunya. Bukan apa yang “gereja” lakukan untuknya, tapi apa yang ia lakukan di gereja. Mahasiswa STMIK AKAKOM ini, kini melayani sebagai tim inti departemen doa di gerejanya. “Di situlah satu promosi yang aku alami yang mengubahkan aku untuk hidup sungguh-sungguh di dalam Dia. Sampai saat ini aku merasakan Tuhan membawa aku untuk terus bertumbuh dan berkarakter baik,” kata cowok kelahiran Pekalongan, 20 Januari 1984 ini.
Sumber: Majalah Bahana, Maret 2011

No comments :

Post a Comment

Tiggalkan komentar anda termasuk kritik/saran,pertanyaan,pendapat,dsb. Kami akan menghapus coment yang menjurus pada SARA. Terimakasih, GBU.


Photobucket>
Pangkalan Bun akan dipenuhi kemuliaan.Amin