>

Thursday, June 9, 2011

Satu ayat yang tidak disukai oleh ''Pemburu harta''

PhotobucketJanganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; dibumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya”. Matius 6: 19.


Bagi dunia tolok ukur "kaya" adalah berapa banyak harta benda yang dimiliki oleh seseorang. Semakin banyak harta benda seseorang, maka dia disebut sebagai orang yang kaya. Pengertian semacam ini sebenarnya terlalu sempit dan bisa menyesatkan. Ada sementara orang yang tidak memiliki harta benda melimpah bahkan bisa jadi tidak mempunyai apa-apa, namun kehidupannya dihadapan banyak orang sangat berharga.
Sementara orang yang berlimpah harta bendanya mungkin terkenal, namun tidak membawa pengaruh positif bagi orang lain atau tambah mengakibatkan orang lain menderita. Orang yang tak kaya ternyata bisa rnemperkaya orang lain, tetapi orang yang kaya justru bisa menyengsarakan orang lain. Lalu bagaimana dengan tolok ukur "kaya" itu?



Tuhan Yesus mengajarkan cara hidup yang tidak sebatas kepada kepentingan mencari materi di dunia ini. Teladan dari hidup Yesus sendiri semestinya berbicara keras dalam diri kita di zaman modern yang serba diukur dengan materi ini. Yesus tidak mempunyai harta benda dunia bahkan rumahpun tidak dimiliki-Nya. Sabda-Nya kepada seorang murid yang menyatakan kesungguhan untuk mengikut kemana saja Ia pergi sungguh menghentakkan. Jawab-Nya: "serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya". Masih bersediakah kita belajar dari Yesus tentang hidup ini?
Harta benda bukan segala-galanya dalam hidup manusia. Materi berguna sebatas menjadi sarana yang menunjang atau melengkapi saja. Tidak seharusnya hidup ini disandarkan dan hanya berupaya untuk menumpuk harta benda dunia ini. Orang yang terlalu mencintai harta benda dunia ini, lupa menggunakan harta benda itu untuk menopang kehidupannya sendiri apalagi untuk dibagikan kepada orang lain yang amat memerlukan. Banyak orang dapat menjadi "buta" justru saat bergelimang dengan harta benda dunia ini. Tak mampu memikirkan atau berbuat untuk perkara yang sifatnya mulia dan kekal. Apabila kehidupan semacam ini berlanjut, betapa miskinnya dan tidak berartinya hidup ini. Semua akan berakhir juga, karena yang di dunia adalah sementara dan tidak bersifat permanen.
Yesus tidak membawa kekayaan dan tidak menumpuk kekayaan, namun dari kehidupan-Nya terpancar berkat kepada banyak orang. Hidup-Nya rnemperkaya banyak orang. Kehadiran-Nya begitu didambakan oleh lingkungan sekitar dimana Dia berada. Hidup ini harus juga disibukkan dengan kesungguhan hati untuk berbuat perkara-perkara mulia dan yang memiliki nilai kekekalan. Praktekkan kebajikan dan perbuatan baik di tengah dunia yang telah menjadi congkak dan hanya berorientasi kepada perkara yang bersifat keduniawian saja. Memiliki kekayaan bukan dari tolak ukur hidup kita, tetapi dari teladan Tuhan Yesus sendiri. (IB)

No comments :

Post a Comment

Tiggalkan komentar anda termasuk kritik/saran,pertanyaan,pendapat,dsb. Kami akan menghapus coment yang menjurus pada SARA. Terimakasih, GBU.


Photobucket>
Pangkalan Bun akan dipenuhi kemuliaan.Amin